Selasa, 04 September 2012

Masyarakat Pinggir Hutan Perlu Dididik Hadapi Primata Liar

"Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat seandainya ada primata, orangutan yang masuk ke perkebunan mereka. Baru Ketapang saja yang sudah ada sosialisasi soal evakuasi orangutan
yang masuk ke kebun dari IAR."

Sifat awam masyarakat terhadap spesies orangutan menjadi penyebab kegagalan evakuasi yang mengakibatkan tewasnya primata tersebut dalam satu insiden di Kalimantan Barat, sehingga perlu ada sosialisasi kepada masyarakat. Demikian disampaikan oleh Adi Irawan, Manajer Administrasi International Animal Rescue [IAR] Ketapang, Kalimantan Barat, saat dihubungi Beritasatu, Jumat (31/8).

"Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat seandainya ada primata, orangutan yang masuk ke perkebunan mereka. Baru Ketapang saja yang sudah ada sosialisasi soal evakuasi orangutan yang masuk ke kebun dari IAR," jelas Adi. "Kita belum sampai ke Pontianak, jadi, memang harus banyak bantuan dari pihak LSM lainnya di sana karena banyak juga LSM di Pontianak. Ini juga harus dapat dukungan dari BKSDA [Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam]."

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ada kesalahan teknis dalam proses evakuasi orangutan yang masuk ke kebun warga di Pontianak, Kalimantan Barat.

"Seharusnya tidak gunakan api atau petasan karena risikonya sangat tinggi, ya seperti akhirnya, orangutannya akhirnya terjadi kecelakaan sehingga orangutannya malah terbakar," jelas Adi.

"Kami tidak salahkan warga yang ikut membantu, respon mereka cukup bagus tetapi memang perlu ada pemahaman agar warga tidak menjadi panik."

Orangutan jantan dengan jenis Pongo pygmaeus pygmaeus berusia sekitar 16-17 tahun dengan berat sekitar 70 kg tersebut memasuki kawasan sekitar pemukiman warga desa Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, pada hari Sabtu (25/8) lalu.

Warga setempat pun langsung menghubungi pihak Balai KSDA [Konservasi dan Sumber daya Alam] Kalimantan Barat yang dibantu oleh WWF-Indonesia, Yayasan Titian, dan International Animal Rescue [IAR] untuk melakukan proses evakuasi.

Namun, setelah proses evakuasi selama tiga hari, orangutan jantan dengan bobot 70 kg tersebut akhirnya tewas dalam perjalanan menuju fasilitas perawatan Pusat Rehabilitasi dan Konservasi International Animal Rescue (IAR) di Ketapang, Kalimantan Barat, pada hari Rabu (29/8).

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perlu adanya suasana tenang dalam menghalau orangutan tersebut karena apabila dalam situasi stres, maka obat bius yang ditembakkan tidak bereaksi.

"Kalau yang saya lihat, kondisi seperti itu, warga dan orangutan sama- sama panik, tapi yang paling sering malah warganya yang panik. Mereka juga ada rasa penasaran karena mungkin belum pernah lihat orangutan sebelumnya, jadi bingung dengan orangutan tersebut," jelasnya menambahkan bahwa untuk proses evakuasi orangutan di Ketapang biasanya IAR membawa hanya beberapa orang saja ke lapangan.

©[FHI/Analisa]

©Pic: BCR

0 komentar:

Posting Komentar