Selasa, 04 September 2012

Badak Jawa, Jangan Jadi Cerita Semata


Foto: Badak Jawa, Jangan Jadi Cerita Semata

Badak Jawa(Rhinocerus sondaicus) merupakan spesies badak yang unik karena memiliki satu cula dan hanya ditemukan di Pulau Jawa.

Kepunahan si kulit tebal yang notabene tangguh menghadapi perubahan iklim ini ironisnya tinggal menunggu waktu.

Menurut data yang didapat dari penelitian Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan WWF yang dilakukan dalam kurun waktu 2009-2010, populasi Badak Jawa masih berjumlah 50 ekor.

Penelitian ini menggunakan “kamera jebak” dan estimasi populasi dengan metoda Capture Mark Recapture (CMR). Data dari kamera jebak menunjukkan adanya bukti kelahiran dan kematian badak dari tahun 2000 hingga 2010.

Jika angka kelahiran dan mortalitas diperhitungkan dalam pertumbuhan populasi, maka populasi badak di Ujung Kulon menunjukkan tren pertumbuhan tidak lebih dari 1% per tahun.
“Temuan tersebut menjelaskan pertumbuhan jumlah Badak Jawa yang cenderung stagnan.

Ditambah lagi adanya fakta bahwa komposisi antara badak jantan dengan badak betina adalah 3 berbanding 2. Namun demikian, para ahli berpendapat bahwa kondisi yang demikian masih memungkinkan perkembangbiakannya.

Terbukti adanya kelahiran anak badak setiap 2-3 tahun di TNUK,”jelas Project Leader WWF Proyek Ujung Kulon Adhi Rachmat Hariyadi. Pemerintah RI sendiri menargetkan pertumbuhan populasi Badak Jawa sebesar 3% per tahun, sementara yang terjadi angkanya stagnan di 1%. 

Menurut Adhi, sejumlah aspek yang terindikasi menjadi penyebab kesulitan perkembangbiakan Badak Jawa adalah kurangnya overlap (pertemuan) antara badak jantan dan betina yang produktif, kuantitas dan kualitas nutrisi yang kurang memadai, serta kualitas genetika yang sudah relatif homogen.

Tidak hanya itu, ekosistem mamalia terlangka dunia itu pun kian terancam akibat suksesi vegetasi menuju hutan primer yang menyebabkan berkurangnya feeding ground (rumpang).

Kerja keras semua pihak sangat dibutuhkan dalam upaya melestarikan populasi binatang purba yang sudah bertahan hidup selama 50.000 tahun ini. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi WWF yang hampir 50
tahun,sejak mulai beroperasi di Indonesia, memperjuangkan keberadaan badak Jawa di Ujung Kulon. WWF sebagai organisasi konservasi global yang peduli terhadap kelestarian fauna, menjadikan konservasi badak Jawa di TNUK sebagai program pertamanya.

“Sejauh ini WWF telah mengupayakan dua pilar konservasi yakni mengoptimalkan habitat Badak Jawa di TNUK dan menyiapkan habitat kedua di luar wilayah konservasi tersebut. Pilar yang kedua dibuat sebagai antisipasi dari risiko terbesar punahnya spesies apabila terjadi
bencana alam yang menghancurkan seluruh populasi di satu habitat dalam waktu singkat,” imbuh Adhi.

Hari Badak telah dicanangkan pada tahun 2010 lalu oleh WWF Internasional yang jatuh setiap tanggal 22 September. Lewat program RhinoCare, masyarakat dapat mendonasikan uang yang selanjutnya digunakan untuk mendukung upaya konservasi badak mulai dari penelitian, pengamanan, dan pemantauan badak.

Hari Badak juga menjadi momentum awareness bahwa bangsa kita memiliki 'warisan dunia' yang patut dibanggakan. Selain Afrika, Indonesia adalah negara yang masih memiliki dua spesies badak dan keduanya tergolong spesies yang amat langka. Hari badak ditetapkan oleh WWF International sebagai seruan untuk mengakhiri perburuan badak.

©[WWF--FHI]

©Pic: WWF

Follow us: @forum_hijau

0 komentar:

Posting Komentar