Selasa, 04 September 2012

Cara Makan yang Ramah Lingkungan


Foto: Cara Makan yang Ramah Lingkungan

Makan adalah kegiatan yang sobat greener lakukan sehari-hari, namun banyak orang yang tidak memperhatikan apa yang mereka makan, dari mana makanan tersebut berasal serta bagaimana makanan tersebut diproses, padahal kesemuanya itu jika ditelusuri lebih dalam memiliki dampak yang cukup besar terhadap bumi. 

Bahkan seringkali makanan-makanan yang sobat greener makan adalah makanan yang paling merusak, baik dari bahan maupun kemasannya. 

Mengubah cara makan dapat menjadi salah satu cara yang paling krusial dalam menjaga bumi kita. Sebenarnya tidak banyak usaha yang perlu sobat greener lakukan. Ikuti saja cara-cara simpel ini,

1. Belilah makanan segar yang memang sedang musimnya. Makanan segar yang memang sedang musimnya tidak perlu disimpan pada cold storage selama berbulan-bulan atau dikirim dari belahan dunia lain yang memang sedang musimnya. 

Dengan begitu, banyak energi listrik dan bahan bakar yang dihemat. Banyak koki-koki top yang bersedia mengubah menu mereka sesuai musimnya agar mereka mendapatkan kualitas bahan makanan terbaik setiap tahunnya.

2. Belilah makanan yang bebas dari bahan kimia. Seperti makanan organik tidak menggunakan banyak pestisida dan herbisida untuk membuatnya bebas dari hama dan rumput liar. Selain itu, makanan ini pun tidak membutuhkan pupuk yang dibuat dari bahan petrokimia. Dengan begitu, mereka mengurangi jumlah penggunaan bahan kimia yang menyerap pada tanah. 

Lalu bagaimana membedakan yang organik dan yang bukan? Di beberapa supermarket, biasanya makanan organik tersebut diberikan tanda khusus (Seperti yang sudah kami ulas kemarin)

3. Sering-seringlah memasak dengan menggunakan bahan mentah. Ini terkait dengan mengurangi penggunaan kemasan. Kalau di Australia, mereka dapat memilih membeli selusin snack pasta ukuran kecil yang masing-masing dibungkus dengan tube plastik atau satu bungkus pasta ukuran besar. 

Cara kedua memiliki jumlah makanan yang sama dengan yang pertama, tapi dengan jumlah sampah yang lebih sedikit. Bahan mentah juga biasanya di jual tanpa kemasan, sehingga tidak menghasilkan sampah yang berlebih. 

Kalau disini, sobat greener dapat memilih bahan mentah yang segar dan bukan makanan kalengan. 
Misalnya : belilah jagung segar, bukan jagung kalengan yang telah dipotong-potong.

Nah, sekarang 3 hal yang perlu dihindari

1. Membeli makanan impor. Tapi belilah makanan lokal, karena tidak memerlukan pengiriman jarak jauh dengan menggunakan truk dan kapal laut yang membutuhkan banyak penggunaan bahan bakar. Dengan begitu, makanan ini tidak menambah polusi serta emisi gas rumah kaca.

Bandingkan saja kalau sobat greener makan steak yang dagingnya lokal (dikirim dari peternakan sapi lokal) dengan daging yang diimpor dari US. 

Dengan perbedaan jarak yang sebegitu jauhnya, tentu penggunaan energi serta polusi yang dihasilkan saat pengiriman pun akan jauh berbeda. 

Menurut treehugger.com polusi yang dihasilkan oleh 15 kapal angkut terbesar sama dengan polusi yang dihasilkan 760 juta mobil. Hal ini disebabkan oleh kandungan sulfur yang tinggi terkandung dalam bahan bakar kapal.

2. Makanan yang banyak menggunakan kemasan. Makanan segar sebenarnya tidak perlu dibungkus satu persatu menggunakan plastik dan styrofoam. 

Hal tersebut hanya akan menambah volume sampah yang sudah menumpuk di rumah. Cara termudah untuk mengurangi sampah di rumahmu adalah dengan menghindari membawa sampah tersebut ke rumahmu. 

Sobat greener dapat membiasakan membawa reusable bag dan membeli buah-buahan di pasar (karena biasanya buah-buah di pasar tidak pernah dibungkus satu per satu). Kalaupun membeli di supermarket, sobat greener dapat meminta pelayan untuk memasukkan buah langsung ke dalam tas yang kita bawa.

3. Makanan yang terlalu banyak komposisi bahan-bahannya . Perlu diingat bahwa pemrosesan makanan, ada penggunaan energi dalam dua cara yaitu 

(1) saat memotong, mencampur dan memasak bahan-bahan tersebut dan 
(2) saat mengirim bahan-bahan tersebut. Produk dengan bahan-bahan yang lebih sedikit tentu membutuhkan energi (listrik, gas, minyak) yang lebih sedikit.

©[FHI/Berbagai sumber]

Follow us: @forum_hijau

0 komentar:

Posting Komentar