Selasa, 04 September 2012

170 Tukik Dilepas di Pantai Trisik



Kelompok Konservasi Penyu Abadi melepaskan 170 tukik penyu hijau di Pantai Trisik, Galur (31/8). Pelepasan tukik melibatkan 300 siswa TK ABA Banaran dan SD Negeri Brosot.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu 
Abadi Joko Samudra mengatakan dari 170 ekor tukik yang dilepas, 66 di antaranya merupakan tukik yang baru saja menetas Rabu (29/8). Sisanya tukik yang sudah berusia dua bulan.

“Tukik-tukik ini dilepaskan karena usianya sudah ideal, selain itu sebagian juga ada yang terserang penyakit jamur,” katanya. Kegiatan ini merupakan pelepasliaran yang kedelapan sejak 2004, Kelompok Konservasi Penyu Abadi sudah menetaskan 62 sarang dengan telur 6.053 butir.

Sementara itu jumlah tukik yang hidup 5.734 ekor dengan jumlah yang dilepas 5.217 ekor.

Siswa TK ABA Banaran dan SD Negeri Brosot sengaja diundang untuk mengenalkan penyu pada anak sejak dini. Agar siswa dapat mengenal penyu dan membantu melestarikan karena termasuk dalam satwa yang hampir punah.

Joko mengatakan, pihaknya masih kesulitan menangani serangan jamur pada tukik usia muda.
Serangan tersebut menimbulkan bercak putih pada tubuh tukik yang berdampak pada kematian.

Upaya penanganan sudah dilakukan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM, beberapa tukik yang terserang jamur sudah diobati dan diambil untuk sampel pemeriksaan di laboratorium.

“Sampai sekarang kami belum tahu jenis jamur yang menyerang. Pengobatan dilakukan dengan pemberian PK serta pergantian air secara rutin, alhamdulilah berkurang, meski belum sembuh total. Kemungkinan karena faktor udara dan cuaca,” paparnya.

Selain serangan jamur, penyu yang bersarang di Pantai Trisik menurun. Terlebih pascaerupsi Merapi, dari 17 sarang, saat ini tersisa empat sarang dengan telur 350 butir dan tukik yang menetas 330 ekor.

“Kami masih kesulitan dana, untuk pelestarian hanya mengandalkan patungan dan utang. Mencari dana dari instansi sangat sulit,” keluhnya.

Joko berharap, potensi konservasi penyu di Pantai Trisik dapat ditangkap Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kulonprogo sehingga dapat mendukung potensi wisata di Kulonprogo. Pelepasan tukik, menurut Joko rutin dilakukan setiap Agustus karena musim penyu di Pantai Trisik terjadi Mei-Juli.

Pelepasan penyu hijau mendapat respon positif siswa. Mereka antusias mengamati tukik dari dekat, tidak sedikit yang memanfaatkan momen tersebut untuk foto bersama. Aisyah Lampita (10), siswi SD Negeri Brosot mengaku baru pertama kali membantu pelepasan tukik ke laut.

“Semoga tukik yang dilepas bisa berkembang biak supaya tidak punah,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Diskepenak) Kulonprogo Endang Purwaningrum mengatakan untuk membantu kendala dana operasional yang dikeluhkan kelompok konservasi, pada 2013 telah mengusulkan bantuan kepada pemerintah provinsi DIJ.

“Pemprov DIJ sudah menyanggupi, nanti akan didukung dana APBD Kulonprogo,” katanya.
Dirinya berharap potensi pelepasan tukik mendapatkan respon Disbudparpora Kulonprogo.

Selain menambah potensi wisata, dukungan tersebut juga membantu upaya pelestarian penyu.
Tukik yang dilepaskan hanya 2-5 persen yang berhasil hidup.

©[FHI/JP]

©Pic: Untung Sihombing
Foto: 170 Tukik Dilepas di Pantai Trisik

Kelompok Konservasi Penyu Abadi melepaskan 170 tukik penyu hijau di Pantai Trisik, Galur (31/8). Pelepasan tukik melibatkan 300 siswa TK ABA Banaran dan SD Negeri Brosot.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi Joko Samudra mengatakan dari 170 ekor tukik yang dilepas, 66 di antaranya merupakan tukik yang baru saja menetas Rabu (29/8). Sisanya tukik yang sudah berusia dua bulan.

“Tukik-tukik ini dilepaskan karena usianya sudah ideal, selain itu sebagian juga ada yang terserang penyakit jamur,” katanya. Kegiatan ini merupakan pelepasliaran yang kedelapan sejak 2004, Kelompok Konservasi Penyu Abadi sudah menetaskan 62 sarang dengan telur 6.053 butir. 

Sementara itu jumlah tukik yang hidup 5.734 ekor dengan jumlah yang dilepas 5.217 ekor.

Siswa TK ABA Banaran dan SD Negeri Brosot sengaja diundang untuk mengenalkan penyu pada anak sejak dini. Agar siswa dapat mengenal penyu dan membantu melestarikan karena termasuk dalam satwa yang hampir punah.

Joko mengatakan, pihaknya masih kesulitan menangani serangan jamur pada tukik usia muda.
Serangan tersebut menimbulkan bercak putih pada tubuh tukik yang berdampak pada kematian.

Upaya penanganan sudah dilakukan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM, beberapa tukik yang terserang jamur sudah diobati dan diambil untuk sampel pemeriksaan di laboratorium.

“Sampai sekarang kami belum tahu jenis jamur yang menyerang. Pengobatan dilakukan dengan pemberian PK serta pergantian air secara rutin, alhamdulilah berkurang, meski belum sembuh total. Kemungkinan karena faktor udara dan cuaca,” paparnya.

Selain serangan jamur, penyu yang bersarang di Pantai Trisik menurun. Terlebih pascaerupsi Merapi, dari 17 sarang, saat ini tersisa empat sarang dengan telur 350 butir dan tukik yang menetas 330 ekor.

“Kami masih kesulitan dana, untuk pelestarian hanya mengandalkan patungan dan utang. Mencari dana dari instansi sangat sulit,” keluhnya.

Joko berharap, potensi konservasi penyu di Pantai Trisik dapat ditangkap Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kulonprogo sehingga dapat mendukung potensi wisata di Kulonprogo. Pelepasan tukik, menurut Joko rutin dilakukan setiap Agustus karena musim penyu di Pantai Trisik terjadi Mei-Juli.

Pelepasan penyu hijau mendapat respon positif siswa. Mereka antusias mengamati tukik dari dekat, tidak sedikit yang memanfaatkan momen tersebut untuk foto bersama. Aisyah Lampita (10), siswi SD Negeri Brosot mengaku baru pertama kali membantu pelepasan tukik ke laut.

“Semoga tukik yang dilepas bisa berkembang biak supaya tidak punah,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Diskepenak) Kulonprogo Endang Purwaningrum mengatakan untuk membantu kendala dana operasional yang dikeluhkan kelompok konservasi, pada 2013 telah mengusulkan bantuan kepada pemerintah provinsi DIJ.

“Pemprov DIJ sudah menyanggupi, nanti akan didukung dana APBD Kulonprogo,” katanya.
Dirinya berharap potensi pelepasan tukik mendapatkan respon Disbudparpora Kulonprogo.

Selain menambah potensi wisata, dukungan tersebut juga membantu upaya pelestarian penyu.
Tukik yang dilepaskan hanya 2-5 persen yang berhasil hidup. 

©[FHI/JP]

©Pic: Untung Sihombing

Follow us: @forum_hijau

0 komentar:

Posting Komentar